Envygreen Dead Skin Cell Remover |
Selamat datang, 2020!
Wait~ sudah masuk bulan kelima dan rasanya kurang pas untuk
bilang selamat datang tahun baru😜
Tetapi, terima kasih telah setia menunggu.
Setahun sudah kutinggalkan dunia tulis-menulis. A lot has
happened. Yang terpenting, hari ini aku putuskan untuk kembali mengisi tulisan
di blog-ku yang random ini. Niat awalku adalah banyak mengisi section
lifestyle, karena section health and skin care sudah cukup banyak kuisi.
Sayangnya, pandemi yang terjadi belum memberiku izin untuk mengeksplor sudut
kota dan mengisi ruang lifestyle. Tak apa, masih akan ada banyak waktu setelah
pandemi berakhir.
Beberapa bulan belakangan ini, kurasakan kulitku sedang
bersahabat. Pasalnya, tidak ada masalah berarti selain satu-dua jerawat yang
muncul karena ketidakseimbangan hormon; which is normal. Aku tidak mau ambil
resiko dengan mengubah rutinitas skin care sembarangan, karena untuk mencapai
titik ini tidak mudah :’)
Itulah kenapa, sudah cukup lama tidak ada tulisan baru yang
muncul. Karena belum ada produk baru yang sempat kucoba. Beruntung, kemarin aku
dikirimkan sebuah produk untuk kucoba. Sayang sekali kalau kucoba begitu saja
tanpa berbagi info seputar produknya, that’s why I decided to write down my
journey with this product.
First off, aku mau ucapkan terima kasih banyak kepada Kak
Lutfia (Instagram @lutfiaa_) dan Envygreen Indonesia yang memberi jalan aku
untuk mencoba produk ini dengan percuma. Sending you guys virtual hugs!
As you can read on the title, produk yang kuterima adalah
produk milik Envygreen yang sudah cukup terkenal, yaitu dead skin cell
remover-nya. Jauh-jauh hari sebelum produknya tiba, aku sudah mulai lakukan
research terhadap produk yang akan kuterima. Tujuannya, jelas supaya tidak
salah dalam mengambil langkah dalam penggunaan produknya in real life.
Banyak situs yang kuselami untuk mengenal produk ini lebih
jauh, dan sejauh mata memandang review pengguna terhadap produk ini cukup baik.
Bisa diukur dalam skala kepuasan 4.5/5.0. Eits, tapi ini belum termasuk
penilaian pribadiku, ya! Hihi 😆
Produknya sendiri sangat simple, mungil dan compact. Isinya
10 gram. Sedikit? Ya, kalian berpikiran sama sepertiku. Berat bersih produk ini
sangat jauh jika dibandingkan dengan dead skin cell remover yang biasa kupakai,
St. Ives, dengan berat bersih 170 gram. Awalnya kupikir aku dikirimi produk
sample, ternyata saat aku cek website Envygreen, kebanyakan produk Envygreen
memiliki bobot yang ringan—berkisar antara 5 gram hingga 100 gram. Kisaran
harga yang ditawarkan pun beraneka ragam, mulai dari Rp19.000,- per item hingga
ratusan ribu rupiah untuk bundling pack. Jika dihitung per gram dan
dibandingkan dengan skin care serupa yang dijual bebas di supermarket, harga
yang dibanderol tidaklah murah. Tergolong pada tingkat menengah. Sudah
selayaknya produk ini memberi kualitas yang diatas rata-rata.
Untuk dead skin cell removernya, dibanderol dengan harga
Rp32.000,- per 10 gram. Terhitung cukup mahal jika dibandingkan dengan St. Ives
yang dibanderol Rp69.000,- per 170 gram.
Produk ini merupakan chemical exfoliator, yang berarti
berfungsi untuk mengeliminasi sel kulit mati secara kimiawi—kulit mati akan
terangkat dengan proses kimia, bukan karena digosok secara fisik. Kalau pada
umumnya exfoliator adalah produk (krim, cairan, padatan) dengan tekstur kasar
yang digosok dengan gerakan memutar pada kulit untuk meluruhkan kulit mati,
dengan tujuan menggerus sel kulit mati pada kulit, chemical exfoliator bekerja
meresap ke dalam lapisan kulit mati dan merontokkannya dari dalam sehingga
mampu meminimalisir pergesekan kulit yang berlebihan yang bisa mengakibatkan
iritasi. Pada kasus ekstrem, eksfoliator yang terlalu kasar bisa melukai kulit.
Itulah kenapa chemical exfoliator ini lebih bersahabat pada beberapa jenis
kulit tertentu.
Kalau boleh jujur, ini akan menjadi pengalaman pertama saya
untuk menggunakan chemical exfoliator. Sudah hampir dua tahun saya lebih
memilih menggunakan exfoliator yang berupa scrub. Alasannya? Lebih berasa aja
kalau kulitku sedang dieksfoliasi.
That’s why, ini juga akan jadi tulisan yang—tidak hanya
review, tapi juga sekalian first impression.
Pertama dituangkan di punggung tangan, hal pertama yang
kulakukan adalah mencium baunya. Rupanya produk ini memiliki wangi yang menyegarkan.
Walau begitu, wangi yang dihasilkan tidak mengganggu sama sekali—dan mudah-mudahan
tidak berimbas pada kulit (beberapa orang tidak dapat mentolerir wewangian,
biasanya mereka dengan alergi).
Tekstur produk pertama kali dikeluarkan isinya |
Menurut instruksi pemakaian, pemakai harus mencuci wajah
dengan sabun (jangan lupa bersihkan juga make up-mu—jika menggunakan riasan) dan
menggunakan hydrating toner; atau memastikan kulit dalam keadaan lembap—bukan basah.
Oke, kuikuti sarannya~
Produknya sendiri memiliki tekstur krim yang tidak pekat dan
agak cair. Bisa kubilang mirip tekstur pelembap gel cream milik Pixy (in case
you wonder). Saat dibaurkan, tidak meninggalkan residu dan tidak cepat kering.
Semakin lama diusap, akan menghasilkan tekstur seperti remah remah hapusan pada
penghapus karet; tandanya, produknya hampir selesai bertugas dan klaim
produknya adalah turut membawa serta sel kulit mati pada tahap ini. Jika sudah
dirasa kering dan tidak ada gumpalan saat mengusap kulit, pengguna bisa
membilas produknya dengan air (tidak perlu menggunakan sabun—tadi kan sudah). Ingat,
ya, diusap aja. Nggak perlu digosok keras keras.
Seperti gel cream |
Setelah membilas, perubahannya langsung terasa saat itu juga
(bukan, bukan karena saya diberi produknya cuma-cuma). Seperti habis
menggunakan exfoliator pada umumnya, kulitmu akan terasa lebih halus dan lembut
saat selesai membilas produk. Yang membedakan, setelah dibilas kulitmu akan
terasa bersih dan lembut saja. Jika kamu pengguna physical exfoliator, kamu
akan segera paham bahwa setelah meng-eksfoliasi kulitmu akan terasa lebih
kering, kencang dan seperti ditarik—nah, setelah pakai ini tidak ada perasaan
ditarik tersebut.
Sesaat setelah dibaurkan |
This is also why I am able to write down the result shortly after
I receive the product, karena hasilnya tidak seperti krim dan/atau serum yang
mesti berminggu-minggu dipakai. Aku pun sengaja tidak meng-eksfoliasi kulit
selama seminggu belakangan untuk merasakan hasil dari Envygreen Dead Skin Cell
Remover ini 😜
Sel kulit mati yang terangkat (klaimnya) |
Oh ya, ada satu hal yang hampir lupa kusertakan. Mungkin
terdengar klise bagi para skincare junkies, tapi barangkali ada pembaca yang
belum terinformasi: Jangan pernah gunakan exfoliator lebih dari dua kali dalam satu
minggu. Gunakan sesuai jenis kulit dan banyaknya aktifitas yang memengaruhi
regenerasi kulit. Kulitmu—percaya atau tidak, butuh waktu untuk beregenerasi.
Berikan kesempatan untuk kulitmu sembuh secara alami, skin care mu hanya
penunjang kesehatan kulitmu.
Overall, setelah seharian aku tidak merasakan ada rasa
gatal, iritasi maupun kemerahan setelah menggunakan produk ini. Berarti, aku
sudah boleh mengunggah tulisanku ini dan dibagikan pada pembaca. Kalau nanti
ada reaksi tiba-tiba, pasti kuedit tulisan ini dan menulisnya secara jujur
karena aku pun sama seperti kalian, aku hanya konsumen yang tidak menerima
rupiah dari penulisan review produk. HEHEHE
FINAL THOUGHT
Hasil 9.00 / 10.00
Harga 8.00 / 10.00
Re-purchase? Kita
lihat setelah habis 😉
Dan terima kasih, buatmu yang sudah berhasil baca sampai paragraf ini. Jaga kesehatanmu, jangan lupa Bahagia dan ciptakan pikiran positif pada
masa seperti ini. Anggap saja ini bonus dari pemerintah untukmu merawat kulit
yang bebas dari polusi 😉 beres pandemi, kita bertemu, ya!
Thank you 💕